Bila engkau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka Menulislah. [Imam Al Ghazali]

3 Macam Sifat Mahasiswa Karimun


Saya bedakan mahasiswa dalam tiga tipologi, yaitu: Mahasiswa Aktifis, Hedonis, dan Akademisi. Berangkat dari aneka latar belakang sosial, kemandirian ekonomi, pendidikan dan kekayaan intelektual, dan ragam budaya yang berbeda-beda, secara alamiah akan membentuk watak dan kepribadian para mahasiswa baru. Namun, setelah menjajakan kaki diranah kampus yang dikenal dengan tradisi pendidikan yang kuat, idiologi yang mengakar, serta kritis, setidaknya sedikit menghentak kesiapan mahasiswa baru dilingkungan anyar mereka ini. Kebiasaan mereka di rumah, akan terkikis perlahan-lahan sebab mereka telah menemukan ruang baru dengan berbagai dinamika ke aku-an.

Ibarat peta, ragam dinamika kampus akan menuntun dan menawarkan pilihan bagi mahasiswa, mencari apa dan hendak kemana adalah mutlak bagi mereka. Dari tiga tipologi mahasiswa itu, mahasiswa akan bermetamorfosa sesuai dengan yang diinginkan, tumbuh berkembang menjadi aku-nya. Tak ayal, pilihan menjadi aktifis, hedonis, dan akademisi adalah warna tersendiri. Lalu, bagaimana gambaran dari tiga tipologi mahasiswa tersebut:

Mahasiswa Aktifis:
“Tidak aktif tidak asyik,” naluri mahasiswa adalah kritis terhadap lingkungan sosial, politik, budaya, dan ekonomi disekitar mereka, peka terhadap gejala-gejala yang timbul di lingkungan masyarakat dan negara. Tak dimungkiri, mahasiswa dengan tipologi ini rela bermandikan keringat hanya untuk berdemonstrasi menolak kebijakan pemerintah yang tak pro rakyat, melayangkan berbagai tulisan dan kritik lainnya, melakukan bakti sosial di masyarakat dan bejubel kegiatan lainnya. Sekilas, ini tipe ideal. Tapi mahasiswa aktifis, harus pintar membagi waktu dan mengatur jadwal kegiatannya supaya tak bergeser dari pesan Mama “Nak kuliah yang benar, cepat selesai dan baktilah pada masyarakat” alias aktif bisa, belajar harus.

Dari corak pemikiran mahasiswa aktifis, memang cenderung berapi-api, orasi berkoar-koar dan sangat bergairah. Apalagi jika lingkungan kampus juga sarat politik, maka mahasiswa aktifis berada dijalurnya, mereka tak hanya belajar teori tapi juga merangsek lebih dalam diruang praktik, ruang publik. Tapi, tak ada yang sempurna, realita yang saya saksiskan di lingkungan kampus sendiri, banyak mahasiswa aktifis yang senang berlama-lama kuliah, mengejar impian politik dan jabatan lainnya yang dianggap prestisius.

Fenomena lainnya, mahasiswa aktifis juga tak bersih dimata mahasiswa dan lingkungan sosialnya. terkadang, idiologi mereka juga sudah ditumpangi kepentingan elite politik dan kepentingan pribadi. Tak jarang, setelah mendapat posisi di kampus, tak ada aplikasi riil kegiatan yang mengakomodir kepentingan mahasiswa di kampus. Entahlah, dibalik lantangnya orasi dan semangat mengkritisi, ternyata masih banyak kesan negatif lainnya yang melekat pada sosok mahasiswa aktifis ini.

Mahasiswa Hedonis:
Salah satu tipe paling unik adalah tipe mahasiswa hedonis. Jangan salah kaprah, mahasiswa hedonis tak semuanya borju, yang pas-pasan kekuatan ekonominya pun ada yang buruk dalam golongan ini. “Orang Kaya sombong, wajar. Lah kalau orang miskin?” begitulah kira-kira banyak orang mengomentari mahasiswa tipologi ini. Selain itu, istilah lain dalam tren tipe hedonis adalah kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), kunang-kunang (kuliah nagkring-kuliah nangkring), juga tak sedikit dari mereka yang menjadi shopaholic, hampir setiap tempat sudah di jambangi, untuk beli ini beli itu. Mulai dari Indo PN, Hawaii, pasar malam dan lain-lain

Memang tipe hedonis terlanjur dianggap jauh dari tradisi kampus, tapi inilah realitanya. Kebanyakan mahasiswa hedonis, kuliah hanya sekedar singgahan, tak peduli berapa banyak matakuliah yang mereka tinggalkan demi nongkrong bersama teman. Namun sekilas pengamatan saya, rata-rata mahasiswa hedonis berkeperibadian terbuka dan ekstrofet. Mereka cukup kreatif dalam hal tertentu, hobi otomotif, stylish, dan melek teknologi. Tak heran, selain dapat sokongan dana dari orang tua, mereka juga pandai mendulang uang.

Yaa, selalu ada kelebihan dibalik kekurangan. Secara prestasi akademik, tipe satu ini jauh dibawah mahasiswa aktifis dan akademisi tapi tingkat kreatifitas mereka boleh diadu, mungkin bisa satu level diatas kedua tipe lainnya.

Mahasiswa Akademisi:
Tak perlu membayangkan tipe mahasiswa satu ini. Tenang saja, tak semua kutubukuberkacamata dan culun. Di zaman serba maju ini, mahasiswa akademisi juga pandai memoles citra, mulai dari cara berbicara yang elegan, ilmiah dan cerdik, mereka juga cukup rapi. yaa seperti ungkapan “anda takkan bisa membuat kesan pertama untuk kedua kalinya,” jadi, kaum akademisi cenderung hati-hati dalam menciptakan tradisi, kesan terpelajar sudah tentu menjadi backgound mereka.

Mahasiswa akademisi lebih sering ke perpustakaan dari pada ke pasar swalayan, sering menggonta-ganti buku daripada ganti handphone, dll. Soal akademik, itu wilayah mereka, membaca buku dan mengelaborasi berbagai ilmu untuk suatu penemuan sudah menjadi ruh. Bergabung dalam kelompok diskusi ilmiah adalah wadah kegiatan mereka dimana pelbagai persoalan akademik akan tumpah-ruah disitu, diulas dengan tepat, dikritik secara tajam, dibincangkan, sampai diperdebatkan pun menjadi fenomena yang lazim.

Selalu ada target dari mata kuliah yang dipelajari pada setiap semester, idealnya mereka ingin mendapat nilai baik. Hitam di atas putih adalah keniscayaan, artinya; gemilang di forum harus dibuktikan dengan nilai ijazah yang baik. Intinya, khazanah kampus kental terasa dilingkungan mahasiswa akademisi.

Dari semua tipologi mahasiswa diatas, tak ada yang 100% sempurna, selalu ada celah untuk menjadi kalah. Mahasiswa aktifis lama dikampus, mahasiswa hedonis disorientasi pendidikan, mahasiswa akademisi cenderung ekslusif. Tapi kiranya, menjadi bagian dari tiga tipologi ini harus dinikmati, ditingkatkan nilai positifnya dari setiap tipe dan posisi. Hendak menjadi apa dikampus adalah hak perogratif anda. Satu pesan saya. Jadilah pemain bola atau jadilah apa kata hatimu.

KURANGNYA MINAT MAHASISWA BERORGANISASI


Fenomena mahalnya biaya pendidikan, menuntut mahasiswa untuk menyelesaikan studi tepat waktu. Sehingga segala energi dikerahkan untuk membawa gelar sarjana/diploma sesegera mungkin. Tak jarang trend ‘study oriented’ mewabah di kalangan mahasiswa.

Dunia kerja yang akan digeluti oleh alumnus perguruan tinggi tidak bisa diarungi dengan hanya mengandalkan ilmu dari perkuliahan dan indeks prestasi yang tinggi. Ada elemen yang lebih penting, yakni kemampuan softskill. Kemampuan ini terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan bahasa, bekerja dalam satu team, serta kemampuan memimpin dan dipimpin. Untuk mendapatkan keahlian-keahlian tersebut, mahasiswa harus mempunyai minat terhadap organisasi serta aktif di dalamnya. Organisasi merupakan sebuah wadah bagi sekelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama. Di dalam organisasi, seseorang dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam berkomunikasi, bekerja sama dan mengambil keputusan melalui sebuah pemecahan masalah untuk mencapai tujuan bersama.

Namun dari survei dan pengamatan yang dilakukan, ternyata masih banyak mahasiswa yang kurang menyadari pentingnya organisasi dan softskill untuk diri mereka, serta masih banyak juga yang bepikir bahwa organisasi dapat memperlama masa kuliah mereka dan mengganggu kuliah mereka, sehingga belakangan ini minat dan kesadaran akan pentingnya berorganisasi khususnya dikalangan pelajar/mahasiswa/pemuda hindu di kota Palu sangat randah

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kuranya minat mahasiswa berorganisas diantaranya, yaitu :
Pertama, faktor kualitas aktifis dalam sebuah organisasi. dimana Aktifis sekarang cenderung tidak memiliki intelektualitas yang bagus. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kajian antar sesama aktifis. Mereka hanya cenderung membicarakan persoalan-persoalan yang tidak penting. Selain itu, aktifis organisasi tidak mau untuk belajar mandiri serta sering mengulur-ulur waktu untuk melakukan kajian keilmuan.

Kedua, faktor organisasi mencatat presentase sebesar 19,5%. Organisasi saat ini tidak memiliki SDM yang baik, sehingga kepengurusan di organisasi tidak berfungsi. Akibatnya, organisasi mengalami stagnan. Tidak ada perkembangan dalam menjalankan roda organisasinya. Buruknya manajemen dalam organisasi juga menjadi pertimbangan mahasiswa untuk tidak mau ikut bergabung. Selain itu banyak program-program organisasi yang tidak jelas arah tujuannya. Sehingga banyak mahasiswa yang belum mengerti pentingnya mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi. Hal ini bisa diakibatkan oleh minimnya komunikasi dan penyampaian informasi yang dilakukan oleh organisasi terhadap mahasiswa.

Ketiga, faktor ideologi. Mahasiswa menilai bahwa organisasi ideologi kampus cenderung hanya menonjolkan kepentingannya sendiri tanpa melihat organisasi yang ideologinya berbeda, sehingga kader organisasi tidak bisa serius dalam belajar. Mereka hanya disibukkan dengan konflik antar ideologi yang pada dasarnya memang tidak bisa disatukan, karena ideologi sifatnya subjektif, tidak bersifat objektif.

Keempat, Hal ini merupakan penilaian mahasiswa terhadap organisasi tanpa melihat aktifis, organisasi, serta ideologinya. Mereka melihat dari kaca mata diri mereka sendiri. Keterbatasan pengetahuan terhadap organisasi serta persoalan-persoalan yang ada dalam internal mahasiswa, seperti, malas berorganisasi dan ketidak pahamanan terhadap organisasi membuat mereka tidak tertarik terhadap organisasi.

Memperingati Hari Sumpah Pemuda.


Jum'at ini kita pemuda indonesia mengenal sumpah pemuda dengan adanya semangat pemuda. Maka darah inipun bergetar ketika harinya telah tiba. Sejaralah yang membentuk semangat ini, pada hari dan bulan yang sama di tahun 1928, saat itu bara mulai memercik dan bermuara hingga kini dimana semangat kitapun berapi-api.

Lalu semangat kita untuk siapa? Dan dimana letak semangat anda jika belum tercapai?
Apakah hilang begitu saja?
Atau anda perlu menulisnya agar dikatakan pernah muda?
Atau anda tuangkan ke dalam nada, nada dalam pergelutan kepemudaan
Lihat fakta sejarah, kemerdekaan adalah cita-cita terbesar bagi pemuda. Imbasnya mereka di agungkan oleh bangsa.

Namun, semangat itu memudar. Mereka tengah dirusakkan dengan berbagai cara dan aturan. Jiwanya perlahan di hadapkan dengan setan. Butir-butir pancasila ingin dilenyapkan. Singkatnya negara dalam keadaan genting.

Untuk itu pemuda yang berintelektual, katakanlah kita bangga bagian dari mahasiswa. Seharusnya kita sadar dengan keterpurukan mayoritas kita di abad ini, sadar dengan pemuda desa yang belum sadar. Sadar dengan pemimpin kita yang belum tersadarkan. Sadar perang pemikiran di kota sedang terselubung.

Kita! Siswa yang tinggi derajatnya, mulia di mata Tuhan karena ilmunya, hebat pemikirannya, luas nalarnya, pedas opininya. Segeralah bawa angin perubahan di negeri ini, tidak terwujud tapi membekas. Jangan takut, estafet kita lakukan yang dibelakang siap menggantikan untuk peradaban. Jika tidak! Negeri sejuta peristiwa berdarah ini, akan punah bila diindahkan

Rudi Saputra | Isu SARA berbungkus kepentingan politik

Perjuangan Tiada Akhir

Perjuangan bukan hanya persoalan berkorban jiwa dan raga untuk impian visi yang hendak dicapai. Jauh lebih luas lagi, perjuangan adalah soal rasa yang membuang ambisi, soal kepekaan yang menghilangkan ego dan apatisme, juga soal kemauan untuk terus hidup meski dirundung derita tiada akhir.
Kita harus yakin Tuhan pasti menjaga hamba-hambanya yang memiliki kemauan keras untuk selalu berjuang.

Salam pegelarakan
Humas pmii kab. Karimun (Aal Aulia)

Peradaban Dimulai Dari Sebuah Karya Tulis -Buku


Akhir zaman di tandai salah satunya dengan diangkatnya ilmu. Maksud ilmu disini bisa saja para wali Allah seperti ulama, kiyai, tokoh, pemimpin adil dan sebaginya yang akan di angkat ke langit. Secara tidak langsung ilmunya juga terangkat. Lalu ilmu pengetahuan hadir sebagai pencerah kehidupan manusia dalam mewujudukan peradaban yang lebih baik, jika ilmu tidak ada maka kehidupan di dunia akan vakum dengan subjeknya yang tidak dapat mengembangkan apa yang ada di bumi.

Ilmu pengetahuan di dapat dengan berbagai cara salah satunya dengan 5 indera yang ada pada manusia. Ketika ilmu yang di dapat, pada prosesnya terdapat sesuatu kekuatan begitu luar biasa yang dapat menyimpan ilmu tersebut. Sehinggalah ilmu-ilmu terdahulu masih tetap ada dan dapat dipelajari hingga sekarang, yakni kekuatan ingatan. Ingatan semua orang relatif, pada zaman Rasulullah ingatan seseorang mayoritas lebih baik dan kuat ketimbang sekarang yang menjadi minoritas. 

Untuk itulah buku hadir sebagai pengimbang dalam kehidupan masa depan. Buku bukan saja karya tulis yang sekedar untuk di baca, tetapi juga memiliki peran yang sangat vital bahkan salah satu penyebab pengatur sebuah sistem dalam setiap waktu. Buku hadir mengajarkan manusia baca dan tulis, dengan kebiasaan itu semua hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang panjang terlampaui, lama menjadi dekat dan semua berawal dari ilmu pengetahuan yang di aplikasikan ke dalam karya tulis (buku). Begitulah sifat ilmu, selalu menghasilkan sesuatu ketika dikembangkan.

Sekedar ingatan kita tidak mampu, kecuali mendapat kekuatan IQ khusus atas izin Allah seperti Abu Hurairah. Namun bagaimana jika ia telah tiada? Lalu baca tulis tidak dilakukannya? Maka yang terjadi adalah bom waktu yang siap menghancurkan generasinya.

Maka kembali lagi pada sejarah terbaik di dunia, yakni di zaman Rasulullah, sahabat, tabi'in dan seterusnya. Sebuah buku -bukan saja Al-Qur'an, buku lainnya juga- di kumpulkan menjadi satu dan puncak kesadaran tersebut terjadi dikala ketakutan orang-orang akan di angkatnya para wali Allah serta orang-orang alim yang berilmu. Tujuan kesadarannya juga agar ilmu tidak di angkat ke langit dan bisa diteruskan kepada generai berikutnya.

Begitu pentingnya buku di mata sejarah manusia, sehingga layak kita muliakan buku-buku ini. Bahkan karena bukulah internet hadir dan karena buku kita bisa membaca dan menulis di era serba digital sekarang. 

Opini ; Maraknya Pungli

Di masa-masa reformasi ini perubahan menjadi kata yang sering kita dengar dimana tuntutan perubahan sering disuarakan baik oleh individu, organisasi masyarakat, organisasi mahasiswa maupun oleh elemen masyarakat lainnya. Tuntutan perubahan sangat sering diarahkan kepada aparatur pemerintah menyangkut pelayanannya kepada masyarakat itu sendiri. Rendahnya mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur menjadi citra buruk pemerintah di tengah-tengah masyarakat. Memang inilah yang menjadi perhatian masyarakat saat ini.

Dunia birokrasi dinilai terlalu ironis sebab pelayanan terhadap masyarakat saat ini sangat kurang memuaskan. Masyarakat sering disepelekan dengan berbagai macam alasan. lantas siapakah yang menjadi pelayan masyarakat saat ini. Karena berbagai sumber masyarakat mengatakan bahwa pelayanan saat ini jauh dari kata memuaskan dan cenderung mengulur-ulur waktu. Terkadang ketika masyarakat ekonomi lemah dengan susah payah meninggalkan pekerjaan hariannya hanya ingin mengurus Surat menyurat, selalu saja ada alasan dari staf kantor bahwa pejabat terkait sedang keluar hingga urusan kembali terbengkalai.

Maka dengan otomatis masyarakat harus meninggalkan pekerjaan keesokan harinya untuk mengurus surat-menyurat yang mereka butuhkan. Maka dalam hal ini pastinya masyarakat akan kembali disulitkan. Inilah sebuah realitas yang saat ini masyarakat rasakan. Keangkuhan terkadang masih menyelimuti kinerja staf-staf instansi ketika melayani masyarakat. Apalagi masyarakat yang sedang membutuhkan pelayanan itu memiliki latar belakang orang yang tergolong dalam ekonomi lemah, pendidikan rendah.sudah pasti terlihat pola diskriminatifnya.

Praktek pungli masih saja marak terdengar meskipun pemerintah telah mengisntruksikan akan memberikan sanksi kepada pegawai yang melakukan praktek pungli. Maka dalam hal ini hendaknya jangan menutup mata serta perlu sekiranya ada penekanan dari kepala daerah terhadap bawahannya agar pelayanan yang diberikan untuk masyarakat semakin baik. Terutama dalam efisiensi kerja, ketepatan waktu dan perilaku pegawai terhadap masyarakat itu sendiri. Karena pemerintahan itu bertugas untuk melayani masyarakat.

Parizal
Ketum PC PMII Kabupaten Karimun

Memperingati HUT Kabupaten Karimun Ke-17 PC PMII Karimun Melakukan Quiz Berhadiah di Costal Area


Untuk kesekian kalinya PC PMII Kabupaten Karimun turun ke jalan dengan melakukan kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Karimun, kali ini kegiatan tersebut di pusatkan pada keramaian kota, yakni di kawasan Costal Area.

Acara yang dimulai setelah sholat isya ini bernama "Quiz Berhadiah", para peserta yang menjawab dengan benar pertanyaannya maka akan diberikan hadiah. Para peserta yang mengikuti kegiatan tersebut mayoritas di isi oleh anak remaja. Namun tak ketinggalan para orang tua juga turut hadir untuk menyaksikan anak-anaknya tampil dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh panitia.

PC PMII Kabupaten Karimun juga menggandeng pihak kantor perpustakaan dan arsip Pemkab Karimun, dimana masyarakat lainnya selain bisa melihat pertunjukan bagi hadiah dengan menjawab pertanyaan juga bisa melihat dan membaca buku-buku yang berada pada mobil pintar milik pihak perpustakaan.

Di adakannya kegiatan ini juga bertujuan untuk memperingati hari ulang tahun Kabupaten Karimun yang ke 17, dengan usia remaja ini diharapkan pemerintah Kabupaten Karimun amat peduli terhadap dunia pendidikan. Baik itu dari segi kasus pungli yang sedang hangatnya di media, lalu juga pemerataan kualitas pendidikan di tingkat sekolah dasar, menengah hingga ke atas perlu ditingkatkan kembali.

Berikut kegiatan tadi malam :

Panitai Kegiatan
Antusiasnya para peserta dalam "Quiz Berhadiah"
Seorang siswi sedang menjawab pertanyaan dari pihak panitia
Pembagian hadiah bagi yang bisa menjawab dengan benar


Tolak Ahok, Mahasiswa UIR Asal Karimun Turun Ke Jalan


Pada tanggal 15 Oktober 2016 ribuan ummat islam Pekanbaru yang tergabung dalam berbagai ormas islam seperti MUI, FPI, PETA, Hizbut Tahrir dan organisasi mahasiswa lainnya menggelar aksi unjuk rasa menuntut Polri segera memproses hukum Gubernur DKI Jakarta Basuki Cahaya Purnama alias Ahok dalam dugaan kasus penistaan agama.

Para perunjuk rasa yang melakukan aksi damai di pustaka wilayah Pekanbaru jalan Sudirman ini berlangsung dengan tertib. Tidak menimbulkan anarkis terhadap polisi ataupun merusak fasilitas setempat seperti yang terjadi di Jakarta beberapa hari yang lalu.

Aksi damai ini di hadiri juga oleh MUI , FPI, PETA. Dimana salah satu ustadz yang menjadi orator dengan lantang mengatakan "Allahu Akbar, tangkap ahok! Tangkap Ahok sebab menghina Al-Quran. Orang yg menghina presiden saja ditangkap, apalagi orang yang menghina al-quran kalamullah. Secara tidak langsung Ahok menghina Allah, Ahok menghina Rasulullah. Allahu Akbar!!!. Kami ingin hukum ditegakkan. Kami ingin bapak polisi, bapak jaksa, berlaku adil."

Orator yang berapi-api tersebut juga di lengkapi dengan kutipan dari ulama besar Indonesia. Berikut petikan orasi dari ustad tersebut. "Bahkan Buya Hamka mengatakan, jika ada orang yangg menghina agamamu, kitabmu, rasulullah namun ia diam dan membisu, gantilah pakaiannya dengan kain kafan!!!. Kami mendoakan agar bapak polisi dan jaksa yg mengadili ahok, berlaku jujur, menegakkan keadilan!! Kalau bapak polisi dan jaksa menegakkan keadilan di jalan Allah, kami doakan agar keluarganya mendapat berkah dari Allah. Meninggal dalam khusnul khotimah. Tapi, kalau bapak polisi atau jaksa justru menumpulkan keadilan, jangan salahkan kami. Kalau ahok akan diadili oleh rakyat muslim seindonesia. Takbir!! Allahuakbar.

Dalam orasi Farena berdasarkan UUD 1945, Indonesia merupakan Negara hukum berdasarkan UUD 1945. Proses penegakan hukum tentunya harus dilakukan secara tegas dan memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat, karena semua warga memiliki kedudukan yang sama di mata hukum.

Berikut Foto kegiatan yang di kirim oleh mahasiswa UIR asal Kabupaten Karimun :







Arti Kehidupan Dari Sosok Merpati


Terkadang manusia tidak sadar dengan tugas dan kewajibannya baik itu kepada penciptanya maupun kepada sesama manusia. Maka dari itu, agar kehidupan kita berguna bagi orang banyak maka sudah sepatutnya kita belajar dari burung merpati. Kenapa? karena burung ini patut kita jadikan sebagai contoh untuk beberapa aspek kehidupan yang biasa kita lewati sehari harinya.

Dalam segi percintaan, burung yang satu ini tidak pernah untuk berganti ganti pasangan. Karena burung ini hanya memiliki 1 kekasih sepanjang umurnya. Banyak dikalangan anak muda burung merpati sebagai simbol kesetiaan. Kemudian, Burung merpati adalah hewan yang tahu kemana mereka harus pulang. Seberapapun jauh burung ini terbang mengudara pasti dia tahu dimana posisi rumahnya dan tempat dimana mereka menghabiskan sebagian hidupnya, karena burung merpati tidak ada yang pulang ke rumah orang lain. 

Burung merpati adalah burung yang sangat romantis. Itu pengertian bagi sebagian orang yang mengamati burung secara ekslusif. Dimana ketika burung jantan memberikan sebuah pujian pasti burung betinanya tertunduk malu, maka tak ada burung merpati yang saling mencaci maki. Dan rasa kebenciannya konon tidak pernah ada karena hewan ini tidak memiliki empedu.

Burung merpati tahu bagaimana pentingnya kerjasama. ketika mereka bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina saling silih berganti membawa ranting untuk sarang anak-anak mereka. Apabila sang betina mengerami, sang jantan berjaga di luar kandang. Dan apabila sang betina kelelahan, sang jantan gantian mengerami. Mereka tak pernah sama sekali untuk melemparkan tugas yang sudah menjadi kewajiban mereka.

Jika, burung merpati saja bisa melakukan beberapa kemuliaan itu, kenapa manusia yang telah diberikan organ tubuh yang begitu sempurna oleh Tuhan tak mampu melakukan seperti apa yang di lakukan oleh burung merpati itu? Sudah seyogyanya kalian bahkan sayapun meniru apa yang telah menjadi kebiasaan dari burung merpati ini agar kehidupan kita semua lebih baik ke depannya.

Demi Meningkatkan Perekonomian Karimun Pelabuhan Petikemas Malorko Harus Segera Tereliasasi


Pelabuhan yang ada di Kabupaten Karimun saat ini belum ada yang memadai dalam urusan logistik dan kapasitanya pun masih sangat terbatas. Contohnya pelabuhan bongkar muat yang berada di Balai sudah tidak memungkinkan lagi untuk beroperasi, megingat sempitnya area seperti lahan parkiran, jalan lalu lintas serta dermaganya. Kemudian disana juga terdapat pelabuhan domestik dan internasional yang tentunya dalam pelaksaannya akan terbentur dengan satu sama lain.

Permasalahan ini seperti dilema tersendiri bagi Pemkab Karimun, namun bagaimanapun permasalahan ini harus dicari jalan keluar yang cerdas dan jernih yakni keuntungan bagi semua elemen baik dari pengusaha, pemerintah dan rakyat sebagai pekerja disitu.

Harapan masyarakat Karimun lainnya, agar tidak hanya menjadi penonton sebagaimana yang kita lihat di perairan Costal Area selalu dilaluinya kapal-kapal ukuran besar. Pelabuhan petikemas Malorko yang telah menelan APBN hingga Rp. 300 Milliar tersebut. Harus segera diselesaikan, demi kestabilan perekonomian daerah Kabupaten Karimun yang setiap harinya kian kompetetif dalam dunia perdagangan nasional dan internasional.

Jika fasilitas memadai maka arus barang pun akan semakin lancar dan akan bertambahnya para pengusaha di bidang usaha pelayaran. Sehingga kebutuhan masyarakat akan terpenuhi tanpa adanya pasokan yang menipis. Imbasnya adalah akan menekan inflasi. Harga barang akan stabil dan tidak akan naik yang disebabkan biaya ongkos angkut. Untuk itu fasilitas seperti bongkar muat dan petikemas harus ada dan tidak boleh ditawar lagi bagi Pemkab Karimun terhadap Kementerian Perhubungan.

Strukturisasi Skripsi, Tesis, atau Disertasi Dalam Satu Diagram

Menulis skripsi, tesis, atau disertasi bukan hanya sekedar menyusun kalimat untuk membangun konten dari bagian-bagian naskah ilmiah tersebut. Yang tidak kalah pentingnya adalah menjamin keruntutan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Kelancaran “aliran” ide dan penjelasan inilah yang membuat naskah skripsi, tesis, dan disertasi menjadi enak dibaca. Di atas adalah struktur strukturisasi skripsi, tesis, atau disertasi — dalam satu diagram yang dihimpun dari www.ug.ac.id

Cerita Sore ; Mobil Kecil Bapak Tua Mogok di Tengah Jalan Batu Lipai


Foto di atas tidaklah seperti cerita yang ingin aku sampaian sore ini. Bentuk mobil kecil bapak tua yang ingin aku ceritakan sangat jauh seperti foto diatas, sengaja tidak aku foto kejadian tadi. Rasa malu bukan menyelemimutiku tetapi rasa iba yang mendorong aku untuk memutuskan foto di atas sebagai kebalikannya atas apa yang aku lihat barusan.

Hari ini sengaja aku pulang melalui jalan bawah yakni melewati depan salemba, tidak seperti biasanya aku melewati jalan ini. Karena jalan yang sering kulalui adalah melewati jalan poros menuju arah batu lipai.

Saat di pertigaan lampu merah simpang tiga SMA 2 Karimun, ku melaju dengan gigi dua lalu transaksi ke berikutnya. Tiba di gang pertama rumahku, kejadian yang tidak disangka terjadi tepat disebelahku. Saat aku berpapasan dengan seorang pengendara mobil tua di jalan jalan Batu Lipai. Spontanitas aku menoleh, ternyata mobil kecil bapak tua, yang selama ini menjadi buah bibir masyarakat Karimun atas kepiawaiannya dalam mengelola mobil kecilnya menjadi mobil seperti pada umunya. Namun kali ini warnanya tidak merah seperti yang sering kita lihat di jalanan atau di SPBU Poros. Warnanya berganti menjadi warna besi tua yang berkarat.

Kembali pada cerita, pada saat kami berpapasan pada pukul jam 15.45 aku mendengar sebuah besi tua jatuh ke tanah sehingga suara nyaring tersebutlah membuat aku terkejut dan menoleh, bukan aku saja masyarakat di pinggiran jalan pun tersentak melihat apa yang sedang terjadi. Di amati dengan seksama ternyata besi tersebut adalah salah satu bagian mesin mobil tua bapak tadi yang jatuh.

Lama aku berhenti di depang gang minimarket My Mart, hanya untuk melihat apa yang akan dilakukan bapak tua itu. Saat ia keluar, aku merasakan rasa simpati yang sungguh teramat dalam. Dengan kondisi anggota tubuh yang jauh dari kata sempurna tak membuat ia malu untuk memperbaiki mobil tuanya. Hati ku semakin miris saatnya ia menyebrang sendirian hanya dengan kaki yang tidak sempurna tersebut. Tampaknya ia menuju ke bengkel yang tak jauh dari lokasi kejadian.

Akhirnya, aku merasa lega setelah beberapa warga datang ingin membantunya. Dan aku pun pulang ketika hasrat untuk membagikan cerita ini di dalam blogku terwujud.

Kemudian untuk menutup akhir cerita ini, ada kalanya kita merenung sejenak hikmah dari cerita di atas. Bahwa seorang Muslim hendaknya berupaya untuk membantu Muslim lainnya. Membantu bisa dengan ilmu, harta, bimbingan, nasehat, saran yang baik, dengan tenaga dan lainnya.



Sukses Karena Kuliah Banyak Tetapi Yang Tidak Sedikit


Pendidikan adalah salau satu indikator dalam menciptakan sumber manusia yang berkualitas, serta berdaya saing dan pribadi yang unggul. Sistem pendidikan yang buruk akan berubah menjadi bom waktu bagi sekolah, kampus, daerah hingga bangsanya jika tanpa sedikitpun melakukan perubahan dalam tatanannya. 

Realita yang ada pendidikan di indonesia sekarang telah berevolusi dari berbagai aspek. Seperti kurikulumnya, status negeri, kualifikasi tenaga ahli, hingga prestasi di semua level adalah contoh yang telah megalami evolusi. Itulah keberhasilam pemerintahan kita dalam kurun 20 tahun terakhir.

Pendidikan patut disinggung akan eksitensinya pada masyarakat indonesia. Dalam hal tersebut pendidikan menjadi pemeran utama dalam setiap kegiatan di masyarakat. Akan tetapi masyarakat menyikapi pendidikan perguruan tinggi bukanlah salah satu syarat mutlak untuk menjadi sukses. Mereka berpandangan pendidikan perguruan tinggi hanya sebagai penunjang, pendidikan dibawahnya barulah syarat mutlak untuk menjadi orang sukses. Contoh ijazah SMA dan sejenisnya dijadikan syarat bagi orang tua demi mendapatkan pekerjaann anaknya, tetapi melanjutkan ke bangku kuliah hanya sebagai pilihan mereka. Mereka meyakini dan percaya, rentan 12 tahun sudah lebih dari cukup untuk dilepaskan untuk mengarungi hidup.

Lebih parahnya lagi, ungkapan "sukses merupakan tujuan hidup seseorang tanpa dipengaruhi oleh pendidikan, garis tangan kita pada hakekatnya sudah di tentukan jadi tidak perlu sekolah atau kuliah lagi. Lihat saja pengusaha sukses, pendidikannya hanya tamat SD".

Diluar konteks pemasalahan seperti kedaan ekonomi yang menimpa, ketidakmampuan daya serap, permasalahan keluarga serta minimnya hasrat untuk melanjutkan kuliah. Sebenarnya harus digalakkan dengan sebuah dorongan mental demi melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, dan kewajiban tersebut adalah tugasnya pemerintah. Melakukan manuver-manuver yang tepat dimana sasarannya mereka adalah orang yang cenderung berfikir pendidikan perguruan tinggi terebut tidaklah penting.

Tidak mudah untuk menjadi seorang sarjana. Namun menjadi seorang sarjana adalah suatu keharusan di abad ini. Teknologi semakin maju, ilmu terus berubah, pantangan adat menjadi kenangan, bahasa mengalami pelebaran dan semuanya mengalami perubahan. Menjadikan isyarat bahwa lulusan tingkat SMA tidak akan bisa menyesuaikan diri seiring perkembangan dunia semakin membutuhkan skill dari setiap individu. Kebanyakan masyarakat indonesia, tuntutan zaman seperti di atas tanpa sedikit pun tersugesti langsung untuk berubah dari cara berpandangan tersebut.

Adapun pola pikir primitif semacam ini dilihat sudah hilang secara perlahan, akar permasalahannya pemerintah telah temukan titik terang. Namun hanya ada di kota-kota besar dengan pengaruh lingkungan pendidikan yang baik dengan sistem yang terstruktur pada sekitarnya. Untuk di kota berkembang rasanya tidak, malah pola fikir tersebut makin bertambah.

Keterlambatan pola fikir semacam ini kemudian hari akan menjadi pemicu bangsa indonesia lamban dalam hal menciptakan SDM yang berkualitas. Lihat negeri jiran Malaysia, dengan sistem pendidikan yang terintegrasi menjadikan mereka optimis menjadi negara maju pada tahun 2020. Indonesia kapan? Yang saya ketahui targetnya 2025. Jauh sekali? Wajar, mengelola rakyat yang banyak dengan beragam permasalahan begitu sulit ketimbang mengelola rakyat yang sedikit.

Tetapi apakah target tersebut bisa tercapai dengan tingkat kesadaran pendidikan perguruan tinggi yang masih rendah di daerah lingkungan perdesaan? Pesimis dikalangan akademisi mulai mengintai, rakyat kritis mulai mempetanyakan peran parlemen, pemerintah di anggap tidak optimal dalam implementasinya.

Evaluasi Pembelajaran Bagi Dosen dan Mahasiswa (EDOM)


Dengan mengisi EDOM berarti mahasiswa telah berpartisipasi untuk membantu meningkatkan mutu pembelajaran. EDOM bermanfaat bagi dosen untuk memperbaiki diri bila memang masih terdapat kekurangan serta mengembangkan potensi dan kelebihan yang dimilikinya. Bagi manajemen Universitas, fakultas, dan departemen (program studi), hasil EDOM dapat dijadikan acuan dalam menyusun program peningkatan mutu proses pembelajaran dan kinerja dosen. Dan yang terpenting bagi mahasiswa, dapat merasakan peningkatan mutu proses pembelajaran yang terus menerus.

Salah satu bagian untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi pedagogik (seni menjadi guru) dosen adalah penilaian dan evaluasi pembelajaran. Kuesioner menjadi salah satu alternatif cara yang bisa digunakan oleh pihak pendidik untuk menilai dan mengevaluasi kompetensi pedagogik yang dimilikinya. Cara ini tentu akan mempermudah dosen untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai hal yang terkait dengan proses pengajaran di kelas. Metode ini bisa digunakan ketika proses perkuliahan akan selesai dalam satu semester sehingga proses penilaian dan evaluasi dilakukan setiap semester. Tidak hanya untuk menilai kompetensi pedagogik dosen, kuesioner tersebut juga bisa digunakan untuk mengevaluasi mata kuliah yang ditawarkan kepada mahasiswa. Dengan kata lain, metode ini juga bisa digunakan untuk menilai dan mengevaluasi substansi dari mata kuliah yang diajarkan dalam proses perkuliahan.

Kuesioner penilaian dan evaluasi pembelajaran tersebut juga sebenarnya bisa dijadikan sebagai survey kepada mahasiswa terhadap tingkat kepuasan mereka terhadap pelayanan yang diberikan selama proses perkuliahan. Dengan kata lain, kuesioner tersebut bisa menggunakan indikator berupa angka-angka yang menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap sebuah pernyataan. Selanjutnya, mahasiswa hanya memberikan penilaian terhadap pernyataan-pernyataan yang tertuang di dalam kuesioner tersebut. 

Silabus Adalah Indikator Hasil Mengajar Dosen Terhadap Mahasiswa


Setiap dosen mempunyai cara dan metode megajar yang berbeda-beda, perlu disadari bersama bahwa cara yang menoton membawa keburukan pada mahasiswa dan juga dosen itu sendiri. Ketika dosen dituntut untuk merubah metode pengajarannya dengan cara keinginan mahasiswa maka penyesuaian akan memakan waktu, sehingga kreatif dan inovasilah yang sekarang perlu diperlihatkan.

Dalam berkreasi perlu adanya pedoman/petunjuk dari mata kuliah yang di ajarkan tersebut agar tidak banyak di isi degan ilmu-ilmu di luar konteks mata kuliah. Yakni silabus, suatu rencana pembelajaran pada sebuah mata pelajaran yang wajib meliputi komponen-komponen penting, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, hingga sumber belajar. Alhasil dosen yang menggunakan silabus akan mengetahui dan bisa menilai berhasil atau tidaknya ia mengajar pada mata kuliah tertentu dalam satu semester, hematnya silabus dipakai sebagai pedoman para dosen untuk menyusun rencana dan menjalankan program perkuliahan.

Suatu hal kewajaran dalam proses berkuliah sesuatu ilmu yang diajarkan melenceng juga dibahas namun dalam skala yang wajar saja. Tetapi ketika seorang pengajar sudah terlalu asyik dengan mengulas bahan diluar konteks makul yang di ajarkannya patut dipertanyakan hal tersebut. Apakah ada unsur kesengajaan agar mencairnya suasana dengan komplikasi dari berbagai hal menarik seperti pengalaman, pekerjaan serta harapan? Atau spontanitas akibat kurangnya bahan serta faktor-faktor yang menunjang dalam mengajar makul tersebut??

Mengkritisi Persoalan Politik Indonesia Terhadap Potensi Anak Muda


Patut di apresiasikan sekali ketika di tengah kekaguman rakyat akan seseorang yang dipandang integritasnya melebihi kandidat lain dalam pemilihan kepala daerah atau atau pun pemilihan presiden. Munculnya muka baru yang katakanlah bersih dan jernih dari intrik-intrik kotor dari bekas masa lalunya, apa lagi para anak muda tersebut bertolak dari latar belakang yang berbeda lalu berhasrat mengabdi pada negara dan bangsa melalui jalur politik. Sudah banyak contoh potensi anak muda yang unjuk gigi di perpolitikan tanah air bahkan dunia, untuk di indonesia sendiri mungkin sudah banyak yang mengenal Anis Baswedan (calon pilgub DKI Jakarta 2017) , lalu Anis mata (presiden PKS), serta tak ketinggalan Tifatul Sembiring (mantan menkoinfo), Imam Nahrowi (menpora) lalu yang menoreh di kelas dunia kita pun punya seorang mantan menteri luar negeri yakni Marty Natalegawa.

Mereka ini memiliki backgorund yang berbeda dan kualifikasi yang dimiliki tidaklah sama, namun kehebatan skill masing-masing di sandingkan dengan keberanian mereka untuk ikut terjun politik yang selama ini hanya di isi oleh orang-orang yang berkirsar 50-an tahun ke atas sungguh hal yang sangat baik untuk diikuti. Dari sisi agama umur di bawah 50 tahun apalagi mendekati 40 tahun, adalah puncak dari kematangan pola fikir berproduktif sebagaimana kepercayaan umat islam yang di alami oleh nabi Muhammad Saw.

Sebenarnya, ini adalah sebuah terobosan yang baik sekali dalam dinamika perpolitikan di indonesia yang selalu di isi oleh para politikus senior. Memang, pengalaman adalah hal penunjang dalam berpolitik agar bisa dikatakan politikus ulung. Namun ketika bermanuver dalam perhelatan politik indonesia, politikus senior cenderung mempunyai misi ganda bahkan lebih dalam merebut kekuasaan tersebut. Katakanlah mereka telah menjadi anggota dewan pada periode sebelumnya, ketika mencalonkan yang berikutnya bahkan yang ke seterusnya cenderung mempunyai ambisi lebih dari mengabdi kepada negara. Lebih disini dalam arti negatif, seperti mementingkan suatu golongan, individu, sanak keluarga dan teman karib yang telah membantunya pasca dilantiknya menjadi dewan atau jabatan tertentu lainnya.

Seyogyanya kita berfikir bahwa politik indonesia sampai hari ini masih membangun dogma primitif, yakni kekuasaan diperalat menjadi tujuan hidup demi kesuksesan yang di anggapnya. Dogma ini akan terus berkembang jika sistem politik indonesia tidak pernah dibahas dengan serius untuk di rubah pengelolaanya, walau SDM yang berkualitas selalu bermunculan namun ketika permasalahan yang di anggap lumrah ini di tutup dengan sebelah mata, maka mereka salah satu bagian dari bandit-bandit serakah akan kekuasan, walau dengan berdalih kepentingan lain juga patut di rumuskan.

Momentum Untuk Anak Muda yang Kritis Terhadap Perpolitikan di Indonesia

Angin segar dibawa melalui partai demokrat untuk kalangan anak muda yang berhawakan semangat dan berselimut kegalauan politik buruk indonesia, belakangan ini anak muda dinilai tidak fokus terhadap politik contohnya saja dalam hal memilih pemimpin. Beda ceritanya dengan pemuda/i yang aktif dan pasif pada pentas perpolitik tanah air, politik seakan sarapan pagi bagi mereka yang bernotabane mereka dari golongan aktivis dari kampus. Namun mereka yang khususnya mahasiswa diluar konteks politik, agaknya mulai terikut arus karena suatu terobosan besar yang tidak di duga oleh para pengamat tanah air terhadap yang dilakukan oleh ahli startegi dari cikeas. Walau tidak eksklusif mengikutinya namun pengetahuan akan dunia politik di domisilinya memberikan sinyal bahwa pemuda indoesia kini telah sadar dengan pentingnya untuk individu dan keluarga dalam menumbuh-kembangkan politik secara nasional maupun lokal. Sehingga hal-hal positif seperti memotivasi kaum muda dalam berpolitik mengurusi negeri, lambat laun akan muncul seiring menariknya perpolitikan sekarang. Lalu mengurangi golput juga suatu keharusan, dan tak ketinggalan lahirnya pemuda/i dalam pentas politik indonesia.

Refleksi Sejarah Reformasi Bangsa Indonesia
Indonesia telah melakukan perubahan besar yang terjadi pada tahun 1998, artinya bangsa ini telah berumur 17 tahun dalam hal mereformasi ketatanegaraan indonesia. Dengan usia semuran jagung kita masih perlu beberapa tahun lagi untuk menjadi negara yang benar-benar menganut paham demokrasi. Lihat amerika, butuh ratusan tahun agar bangsanya menjadi negara demokrasi yang sesuai dengan kriteria adat istiadat, keberagaman suku ras agamanya. Banyak perubahan-perubahan selama ratusan tahun tersebut sehingga telah mengalami 14 kali amandemen pada era rekontruksi, dampak dari perubahan / terobosan seperti ini hasil akhirnya menemukan suatu sistem yang tepat di wilayah itu sendiri.

Ketika reformasi pada tahun 1998, kita rakyat indonesia telah terlepas dari sistem orde lama yang bertemabesarkan tentang kekuasan di pergunakan untuk kepentingan sendiri serta keluarga, rakyat dan negara belakangan untuk difikirkan. Pada masa presiden Soeharto memang banyak sekali pembangunan yang diwujudkannya, maka wajar ia populer dengan sebutan bapak pembangunan, namun terlepas itu berapa banyak kasus korupsi yang diduga pemain tunggalnya ia sendiri bahkan anaknya yang sampai sekarang belum juga tuntas. Jadi, disini selain tugas jadi presiden dalam hal mengatur negara, hal pribadi dan keluarga telah menjadi nomor satu dalam segala hal dan kebijakannya.

Alhasil tepat sekali ketika Prof. Amien Rais beserta kawan-kawan pada waktu itu berhasrat untuk merubah bentuk ketataegaraan bangsa indonesia ke arah yang lebih demokratis dan sosial. Beberapa kebijakan yang jitu terbukti telah menghancurkan sistem lama yang sangat buruk tersebut. Salah satunya ialah membatasi periode presiden menjadi 2 priode dimana setiap priode berjarak hanya 5 tahun. Serta hierarki lembaga sekarang menjadi horizontal tidak seperti dahulu vertikal. Pemimpin tertinggi bukan lagi lembaga MPR, semuanya sejajar tetapi saling mengawasi.

Politik Itu Citra dan Strategi Berada di Dalamnya

Keberanian SBY mengusung anaknya juga tidak terlepas dari kemampuan Agus itu sendiri, melihat sisi akademisnya ia merupakan orang yang selalu berada di posisi terdepan maka inteletualnya tidak diragukan lagi apalagi di bidang militer. Dengan dasar seperti ini boleh jadi ketika berhadapan pesaingnya di panggung politik, sisi intelektual Agus akan semakin melejit seiring jiwa mudanya terus membakar rasa keraguan orang lain terhadapnya.

Berbicara masa depan maka hanya teoritis saja yang di ulas, perkembangan dan kejayan peran kaum muda belumlah meroket dengan para kaum senior. Namun contoh kongkrit dari peran kaum muda bisa dilihat dari kiprah Dr. Raden Marty Natalegawa tatkala dia satu-satunya yang bersikap abstain ketika Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa sepakat menjatuhkan sanksi baru bagi Iran, terkait dengan masalah sengketa atom. Resolusi itu diambil lewat voting, dari 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB, 14 negara menyetujui, hanya Indonesia satu-satunyanya.

Mungkin menurut kita itu bukan idenya karena boleh jadi ada desakan desakan dari golongan tertentu, namun terlepas dari itu semua saya yakin dan percaya bahwa sifat anak muda -apa lagi ketika dia merasa yang paling muda di suatu forum- yakni berani mengambil sesuatu yang spektakuler namun terkesan inapiratif berbalut solusi, ketimbang para senior dengan kebijakannya seperti biasa pada sebelumnya dan cenderung monoton. Jadi saya pikir hidup ini penuh yang namanya terobosan. Kemudian dengan fenomena terjunnya anak muda ke panggung politik khususnya di pilgub DKI Jakarta 2017 mengisyaratkan momentum akan terwujudnya budaya reformasi politik yang baru, dimana kedepannya di dapatkan suatu sistem politik yang bersih, aman, tidak ada praktek ilegal dan secara definitif di sahkan sebagai landasan baru dalam berpacu di kancah politik indonesia.

Seperti sesuatu momentun akan bertumbuh-kembangnya perpolitikan indonesia menjadi lebih baik. Dimana anak muda yang hari ini secara aktif akan berdampak pada masa 20 ke depan, ketika itu mereka yang hebat di generasinya beralih posisi dari politisi menjadi pengamat atau akademis politik. Siklus seperti di atas sebenarnya harus difikirkan sejak sekarang, dan sangat mutlak bila selama ini politik indonesia cenderung di anggap buruk oleh kalangan ekonom, akademisi, para dokter, pengamat, pedagang, nelayan dan lain sebagainya akibat perencanaan yang kurang tepat. Lalu, bukan hanya sistem suatu program dari perpolitikan itu saja di bentuk dan dikembangkan oleh generasi penerus, tetapi juga wadah -politik indonesia- juga patut di sadari sebagai subyek yang ia juga tak luput dijadikan bahan riset untuk berangkatnya indonesia menuju generasi emas. Serta bukan hal yang tidak mungkin generasi muda yang tergolong minim dalam dunia politik ini bisa familiar dengan konsep politik seiring semaraknya pertunjukkan politik yang di bangun.

Meski saya mendukung adanya kaum muda berpolitik, namun tidak secara berbondong-bondong, sebab khawatir aspek lain juga membutuhkan peran kaum muda. Saya sangat mendukung sekali ketika para kaum muda digalakkan untuk berbisnis. Terlalu banyaknya politikus dan birokrat boleh jadi dengan di tambahnya pemikiran primitif bangsa indonesia akan lambat untuk maju akibat birokrasi yang berbelit yang berpunca dari jatah setiap pintu.

Bisnis dalam arti berdagang berkaitan erat dengan berpolitik, 2 hal ini selama ada makhluk maka akan berjalan. Namun yang lebih utama penerapan yang begitu penting ketimbang salah satunya adalah berbisnis. Bukankah dengan perekonomian yang stabil maka politikpun akan adem, jika sebaliknya maka bisa saja politik tersebut tidak ada pergerakan yang memadai hanya berada di zona aman.

Media Pisau Bermata Dua


Kehebatan dunia teknologi membawa angin segar dalam kemajuan di dunia dan memudahkan para penggunanya, terutama manusia, objek dari terciptanya teknologi tersebut. Namun dalam perkembangannya teknologi telah berubah menjadi senjata yang bermata dua.

Di satu sisi untuk kebaikan dan sisi lain sebagai keburukan, walau di pandang lebih banyak manfaatnya dari pada keburukannya. Namun tidak boleh dipandang dengan sebelah mata, justru secara perlahan tapi pasti akibat timbul dari keburukan itu maka kebaikan dari teknologi akan memudar ketika objeknya -manusia- telah berangsur salah dalam menggunakannya.

Contohnya dunia maya. Apasih kegunaan dari FB, Twiter, BBM, dan lain-lain? Tentunya fungsi utama dari media tersebut agar mudah berinteraksi dengan orang lain secara eksklusif walau jarak yang jauh, lalu mengirim foto, file, hanyalah sarana sebagai pendukung dalam efektivitas interaksi seseorang. Kemudian memajang foto dan mengungkapkan perasaan/status juga bagian dari opsi terhindarnya monoton pada media tersebut.

Namun, media sekarang telah salah diartikan oleh sebagian orang. Menghumbar aib orang bahkan sendiri kini sepertinya hal yang lumrah, belum lagi memajang foto yang tidak senonoh dan kata-kata kotor. Mungkin hal ini diluar sadar mereka, tetapi boleh jadi juga kesengajaannya agar terlihat sesuatu yang menarik sampai-sampai ingin mendapat suatu pujian yang diinginkan.

Memang, kita tidak bisa mendikte niat seseorang. Tetapi dari kata-kata dan argumen yang lontarkan yang melihat tentu mempunyai pandangan tersendiri. Dan kebanyakan dari mereka menginginkan pengakuan yang beragam. Pengakuan tersebut seakan mengharap sesuatu yang lebih, terkadang juga menjadi ajang tempat mencari citra.

Membangkitkan Peran Media Penerangan Secara Tepat Dalam Mendorong Semangat Budaya Literasi Di Masyarakat


*Tulisan ini adalah bagian dari kegiatan lomba esai dengan tema meningkatkan budaya literasi

A. ABSTRAK 
Membangun budaya literasi dalam konteks agama sangat di anjurkan sekali, karena Nabi Muhammad saja dalam sejarah umat muslim ketika mendapatkan wahyu yang pertama bukanlah mendengar yang ia lakukan, tetapi membaca surah Al-Alaq ketika malaikat jibril menyuruhnya. Selain membaca, menulis juga adalah bagian dari pengertian literasi. Ketika para pemuka ulama dahulu tidak melakukan budaya literasi boleh jadi ilmu apa yang kita dapati sekarang –bacaan sholat, mengaji yang baik, bacaan doa khusus, dll- belum tentu sama seperti yang diajarkan oleh Rasulullah terhadap sahabat dan para pengikutnya.

Memasuki ke abad 21, masyarakat sekarang cenderung menginginkan segala sesuatu yang bersifat instan, sehingga sifat mentalitas yang praktis tersebut membuat budaya literasi seolah menjadi tantangan yang berat dengan menilainya sebagai sesuatu yang memiliki prosedur, formal, serta sulit untuk dilaksanakan.

B. ISI
melakukan budaya literasi adalah organ terpenting dalam menciptakan masyarakat yang berilmu, lebih spesifikinya lagi seseorang yang melaksanakan budaya tersebut dapat menuju manusia yang berkepribadian unggul contohnya berfikir kritis terhadap permasalahan yang ditemukan, dapat menemukan solusi, dan juga tentunya sebagai media dalam menyampaikan informasi seluas-luasnya kepada khalayak umum.

Sekarang ini masyarakat disibukkan dengan kehidupannya yang tanpa sedikitpun pengetahuan didapati dari budaya literasi. Karena mereka pada umunya masih menggangap bahwa budaya turun temurun sudah lebih cukup mutakhir ketimbang mencari ilmu dengan membaca buku di perpustakaan. Syukur masyarakat sekarang masih ada yang semangat membaca secara online, dari pada yang sama sekali tidak, dan enggan mengunjungi perpustakaan?

Tulisan ini mengangkat judul “Membangkitkan Peran Media Penerangan Secara Tepat Dalam Mendorong Semangat Budaya Literasi Di Masyarakat” , Makna judul di atas bukanlah membangkitkan media penerangan yang dimiliki instansi penerangan terkait seperti TNI, POLRI, dan instansi lainnya dalam hal menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan berita yang panjang atau imbauan yang penuh dengan peraturan. Namun dalam arti yang lebih kecil, yakni menyampaikann pesan-pesan budaya literasi melalui dua jurus jitu yang sampai saat ini belum di optimalkan.

a) Reklame
Kecendrungan masyarakat Indonesia dalam hal membedakan antara pengertian reklame dan pengertian iklan membuat para pegiat pembaharuan literasi harus bekerja ekstra keras. Pasalnya bukan masalah seperti di atasnya saja masyarakat salah kaprah dalam memaknai suatu kata. Contohnya di daerah Kabupaten Karimun, ramai masyarakat Karimun khususnya para pemuda-pemudi yang menilai bahwa kata “honda” adalah sama seperti “sepeda motor”. Padahal “Honda” adalah merek/jenis dari sepeda motor itu sendiri, belum lagi dengan popok bayi yang disamakan dengan “pampers” yang seharusnya nama tersebut adalah sebuah nama jenis barang yang diproduksi oleh perusahaan indonesia

Budaya semacam ini sepertinya telah menjalar hingga ke anak-anak kecil dan juga tak kalah hebatnya kaum dewasa juga telah menggunakan kata-kata seperti di atas. Biarlah kata “kami” yang dalam konotasi bahasa melayu mengandung unsur “saya” namun lebih dari satu sebenarnya, digunakan oleh masyarakat Karimun karena menganggap bahwa ungkapan tersebut lebih terkesan sopan, dan halus apa lagi ketika berinteraksi kepada orang lebih tua darinya. Lalu jangan sampai kata-kata yang berikutnya menjalar menjadi bermakna plural sehingga yang menangkapnya berbeda adanya akibat golongan dan status sosial yang berkotak-kotak.

Terarahnya Pesan Reklame Membawa Angin Segar
Reklame juga ada kata-kata yang termasuk ke dalam kategori semboyan atau motto, bukan saja kata untuk mengajak dan melarang tetapi ada juga kata yang bertujuan untuk menyemangati orang lain.
Sejak perkembangannya ilmu psikologi manusia telah di perkenalkan dengan permainan kata-kata dalam hal menghibur diri secara pribadi terlebih untuk memotivasi diri sendiri, hal tersebut sering dikatakan dengan motto hidup. Motto memiliki peran yang sangat berarti dalam perjalanan manusia menuju kehidupan dunia lain, dengan adanya kata-kata yang  tersusun sedemikian menarik, heroik dan terkadang mengunggah jiwa hingga menuruti kata tersebut, tidak sedikit manusia sampai hari ini sukses dengan tetap teguh memegang semangat motto hidupnya tersebut. Lalu, tidak diragukan lagi bahwa motto tersebut bukan hanya sekedar pajangan dalam dinding rumah, yang secara sekilas hanya untuk di baca, sesungguhnya ia memiliki makna yang begitu besar bagi sang pemilik rumah.
Bila ditinjau dari etimologinya, reklame dan iklan mempunyai makna yang setara. Iklan dari kata I’lan (bahasa Arab) berarti seruan yang berulang. Maka kedua istilah yang terkait dengan media periklanan ini mengandung makna yang setara yaitu untuk kegiatan penyampaian inrformasi kepada masyarakat atau khalayak umum.

Melebihi Dari Mengajak dan Melebih Dari Menakuti
Dari data empiris yang ada, pelaku yang meletakkan iklan di papan reklame mayoritas di dominasi oleh pemerintah bukan masyarat yang memiliki bisnis untuk di pajang produknya di papan reklame. Berbagai instansi memiliki papan pengumuman, himbauan atau informasi yang terletak khusus dan sudah di atur oleh dinas yang terkait, serta lokasi yang diletakkan pun harus strategis. Mari kita papan reklame besar yang berjejeran rapi di simpang tiga RSUD Poros, Kapling, Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun. Sedikit sekali yang ingin meletakkan iklan yang bertemakan menghidupkan budaya literasi. Jangankan untuk menggalakan hal ini, untuk memasarkan produknya saja pengusaha masih enggan, sebab mereka tahu bahwa budaya membaca tidak begitu tinggi di Kabupaten Karimun.
Adanya papan reklame adalah angin segar bagi dunia literasi, budaya melihat, membaca akan tersaji di suatu daerah. Dalam menyampaikan pesan dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya dengan media menulis bisa disejajarkan dengan media lisan, walau budaya literasi belum optimal diterapkan. Nah, dengan terstrukturnya pesan-pesan yang disampaikan bukan tidak mungkin budaya lisan tersebut lambat laun berubah menjadi budaya menulis dalam hal menyampaikan informasi yang luasnya. Hal ini dapat terwujud jika dalam papan reklame di tampilkan “frasa” yang lebih mendalam dari segi manfaat budaya literasi, resiko buruknya jika tidak membangun budaya literasi secara gamblang, dan bentuk pemaparannya juga secara eksklusif menuju tepat ke intinya. Bahkan kalau bisa terkesan menakuti masyarakat bila hal ini di indahkan.

Kenapa sampai begitu ekstrim? Menakut nakuti masa depan bangsa ini ke pada masyarakat. Seyogyanya literasi adalah gerbang pembuka bagi terbangunnya generasi penerus pembangunan bangsa, jadi mau tidak mau suka tidak suka jalan kita hanyalah memaksa masyarakat, dengan bentuk menakuti mereka.

Contohnya iklan yang ada pada bungkus rokok “Rokok dapat menyebabkan gangguan serangan jantung, hipotermia, gangguan pada wanita hamil, dan sebagainya” kata-kata seperti ini lebih baik dari pada hanya dengan kata-kata yang maksud melarang rokok tapi tidak mendekat ke arah penyakitnya, hanya bersifat umum saja. Sekarang tema membangun karakter bangsa dengan budaya literasi, seperti “Buku adalah jendela ilmu” saya rasa belum cukup efektif, lebih baiknya dengan kata “Enggan membaca kebodohan yang didapati”

Maka pesan-pesan yang disampaikan langsung terpatri ke dalam benak masyarakat. Dalam ilmu psikologi, bahwa sesuatu yang menarik untuk dipandang –juga dibaca- akan membawa perubahan dalam pola fikir mereka. Bukan hal mustahil bila dari salah satu pembaca papan reklame akan memilik hasrat untuk mewujudkan seperti kata-kata yang ada di papan reklame tersebut. Seperti kasus yang terjadi di Kabupaten Karimun. Penulis menilai bahwa dengan keberhasilan Kabid Humas Pemkab Karimun dalam mengelola media penerangan seperti slogan yang terpasang di papan reklame, membawa porubahan yang begitu besar. Terbukti dengan di raihnya piala adipura oleh kabupaten karimun, adalah berkat kerja keras dari Pemerintah Kabupaten Karimun dalam mensosialisasikan akan pentingnya Sabtu Bersih. Semboyan yang digalakkan oleh Bupati Karimun, H. Anur Rafiq, S.Sos, M.Si.

b) Slogan
Slogan terambil dari kata dari istilah dalam bahasa Gaelik, sluagh-ghairm, yang berarti "teriakan bertempur". Sama seperti motto, slogan pun dapat menjadi sebuah motto alternatif bagi orang khusus yakni mereka yang belum kenal dengan dunia literasi dan belum secara mendalam. Melihat perkembangan dunia yang begitu pesat dan serba canggih, membuat slogan amat dibutuhkan. Dimana saja perlu yang namanya slogan, di lingkungan perusahaan, perkantoran, organisasi dan lain-lain. Di manapun slogan berada tentunya mempunyai misi yang ingin di sampaikan dari sang pembuat, namu saat ini slogan sudah seperti tulisan kotor yang terpajang di tempat yang di perselisihkan. Contohnya tempat pembuangan sampah. Walau sudah di himbau untuk tidak membawa sampah di sini, namun tetap saja di indahkan oleh pembuang. Hal ini menjadi salah satu biang dalam menetapkan slogan yang berujung konflik yang mangandung unsur SARA.  Yakni seperti – maaf jika terlalu lancang. “Anjing yang membuang sampah di sini”.

Menurut saya sebaiknya slogan dengan kata yang sopan namun terkesan mendidik ke dalam agama “Alam akan marah jika sembarangan membuang sampah. Ingat!! Bencana di depan mata anda.” Memang, jika difikir-fikir mereka akan tetap membuangnya tapi apakah makna slogan yang sopan di atas bertahan lama di benak mereka dibanding dengan slogan yang bergaya kasar? Tentu iya, dan lambat laun mereka pastinya sadar sendiri, terlebih bencana benar terjadi di hadapannya.
Kini saatnya merevolusi bangsa kita dalam budaya literasi, budaya yang lama itu adalah metode kuno yang sudah bukan lagi dizamannya. Sekarang eranya beretrorika dalam hal apa pun, hanya dengan permainan kata orang bisa terpengaruh.

Tidak Ada lagi Toleransi Terhadap Makna Pada Slogan
Setali tiga uang, slogan juga selayaknya dipandang sebagai ungkapan yang langsung mengenai hati pembaca, bukan kata-kata yang bertele-tele dan masih memiliki gaya lama mengikuti kata-kata trend dulu. Seharusnya memiliki variasi khusus dan tidak disamakan dengan pengaruh zaman modern ini sehingga tidak dikatakan lebay oleh para kaum muda.

Langsung saja ke contohnya, yakni “Jika ingin terkenal membacalah“ penggunaan bahasa yang tepat dapat membuat masyarakat terpengaruh dengan isi slogan tersebut. Walau dalam konteks agama salah karena ingin terkenal, tetapi bila rutin membaca bahkan menulis apa lagi, bukan tidak mungkin ia bisa mendikte sendiri bahwa slogan yang di temukan salah. Dan benar bahwa itu salah, bagi masyarakat yang menyadarinya berarti masih termasuk dalam orang yang terpelajar. Dari sini kita bisa lihat respon dari mereka, dan perbedaan dari yang apatis dan kritis akan terlihat.

Kemudian, semboyan-semboyan yang membangkitkan semangat membaca dan menulis, lalu juga bahaya bila tidak menerapkan budaya literasi boleh jadi akan menjelma sebuah ketakutan yang tidak ingin di rasakan. Seperti “Tidak Membaca sesat di jalan. Malu menulis goyah fikiran” Rasanya pesan yang harus di sampaikan dalam hal menakuti bukan lagi dengan maksud untuk “Mencegah” tetapi dengan maksud “Menghilangkan”. Hilangkan kebiasaan apatis mereka, tumbuhkan semangat keingintahuannya setelah melihat tulisan semacam tadi.

Contoh kata slogan yang mencegah “Ilmu adalah jendela dunia“ dengan kata jendela dunia dapat di indikasikan ia bermakna pengetahuan besar untuk mengetahui semuanya. Namun apakah masyarakat awan bisa menerima dengan akalnya? Alhasil, tulisan yang kurang eksklusif seperti ini bisa-bisa di sepelekan oleh para pembaca.

C. PENUTUP
Sebenarnya untuk menyampaikan penerangan kepada masyarkat dapat digunakan lebih dari media slogan dan papan reklame seperti radio, televise, film dan pers. Tapi yang lebih dimudah dalam pelaksaannya dan memakan waktu dan biaya yang tidak begitu lama dan besar adalah media yang di ulas di atas. Mengingat metode pendekatan hanya bisa diterapkan di dua media tersebut, bayangkan jika di televis semboyan untuk membangun budaya literasi di tampilkan. Apakah akan bertahan lama? Lalu bagaimana dengan iklan yang sudah menunggu jauh hari. Jadi media ini masih ada ketergantungan bisnis dalam menghidupi medianya ke depan, sedangkan tujuan pegiat literasi adalah murni bukan untuk sambilan berbisnis.

Dalam kesempatan ini saya sangat berterimakasih kepada pihak penyelenggara terutama dinas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau. Harapan saya dengan adanya program yang bertemakan “Membangun Karakter Bangsa melalui Budaya Literasi” dapat membantu mahasiswa/i kita (KEPRI) untuk bersaing dalam membentuk Mahasiswa yang kreatif, inovatif serta mampu membangun dan mengembangkan budaya Literasi terhadap masyrakat luas, Jadi semoga tahun depan digalakkan kembali dan bukan hanya sampai disini saja –ketika telah menemukan program yang tepat- tapi juga terus dan berkelanjutan.

Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat di simpulkan bahwa perlu adanya sebuah reformasi dalam hal penyampaian maksud melalui media reklame dan slogan, yakni lebih tepat ke inti permasalahannya serta tidak lagi memakai kata-kata lama yang sudah terlanjur masyarakat pahami sebagai angin lalu. Semoga dengan adanya karya ini bisa menumbuhkan sebuah gerakan yang bisa mengobati penyakit sosial dan berbagai penyakit lainnya. Mungkin banyak cara lain selain ini, namun hanya Tuhanlah yang menentukannya, kita sebagai manusia hanya bisa berharap dan berusaha untuk yang terbaik.
Demikian karya saya yang khusus dipersembahkan untuk panitia dalam memenuhi Lomba Menulis Esai untuk Mahasiswa Se-Provinsi Kepulauan Riau, serta juga untuk menunaikan hak saya sebagai seorang penulis pemula. Dimana saat ini saya juga tengah membangun sebuah wadah untuk mahasiswa karimun dalam hal meningkatkan budaya literasi di lingkungan mahasiswa Kabupaten Karimun melalui blog saya Irudnews.blogspot.com.

Akhir kata tidak ada gading yang tidak retak, dan tidak ada kata sempurna kecuali hanya milik-Nya. Kesalahan dalam penulisan, baik itu bahasanya dan bentuk pedoman penulisan harap dimaklumi karena saya hanyalah manusia biasa.


Serangkaian Acara MGJ UK "7 Tahun Mengabdi Kepada Kampus"


Rabu malam (06/10/2016) Mapala Gunung Jantan Karimun melaksanakan serangkaian acara yang di mulai dari pukul 19:00 hingga tengah malam. Lokasi yang terletak tepat di depan sekretariat MGJ Karimun membuat suasana malam hari di kampus UK tidak seperti biasanya. Hadirin yang di undang tergolong cukup ramai, ada yang dari mahasiswa UK dan juga tamu undangan khusus seperti alumni mahasiswa pecinta alam lainnya yang berasal dari kampus kota besar.

Kegiatan di awali dengan pelantikan pengurus baru dan juga disertai dari kata sambutan dari beberapa pengurus senior serta pembina MGJ Karimun. Dalam kesempatan ini, selaku ketua MGJ Karimun yang baru saja dilantik malam tadi yakni saudari Novia Anggraini, menyadari beban yang di embannya kedepan akan semakin besar. "Kepemimpinan dari saudara Wisnu Priyambodo sudah lebih baik dari yang diharapkan, saya hanya melanjutkan estafet kepemimpinan ini agar lebih baik lagi dan ini juga merupakan tantangan tersendiri bagi saya dan khususnya bagi pengurus baru yang lantik" Kata Novia Anggraini.

Mengangkat tema 7 Tahunnya Mapala Mengabdi Pada Kampus Universitas Karimun. Memberikan sinyal yang positif terhadap UKM ini, dengan usia yang terbilang muda sudah banyak program yang dijalankannya serta kontribusinya terhadap kampus Univeraitas Karimun.

Lalu acara terakhir di isi dengan olah vokal dari para fungsional pihak Mapala Gunung Jantan Karimun serta tak ketinggalan mahasiswa dan dosen UK juga menyemarakkan dengan menyumbang beberapa sebuah lagu.

Berikut adalah foto serangkaian acara MGJ Karimun tadi malam :





Merobohkan Budaya Mahasiswa Apatis Terhadap Hukum (Mahkamah Konstitusi)


Pernahkah kita melihat lembaga-lembaga di indonesia ini berselisih lalu mendatangi ke gedung MK?? Pasti pernah, nah dalam kasus tersebut apa sebenarnya yang di perselisihkan? Kenapa harus mengadu kepada MK? kenapa tidak diselesaikan secara politik?

Jawabannya, disebabkan oleh sistem ketatanegaraan yang diadopsi Indonesia dalam ketentuan UUD 1945 sesudah perubahan pertama(1999), Kedua (2000), Ketiga (2001), dan keempat (2002), mekanisme hubungan antarlembaga negara bersifat horizontal, tidak lagi bersifat vertikal. Sekarang tidak ada lembaga tertinggi negara seperti yang kita ketahui sebelumnya. MPR bukan lagi lembaga yang paling tinggi kedudukannya dalam bangunan struktur ketatanegaraan Indonesia, melainkan sederajat dengan lembaga-lembaga konstitusional lainnya, yaitu Presiden, DPR, DPD, MK, MA, dan BPK.

Hubungan antar lembaga diikat oleh prinsip checks and balances, dimana diakui sederajat tetapi saling mengendalikan satu sama lain. Karena sederajat timbul kemungkinan dalam pelaksanaan kewenangan masing-masing terdapat perselisihan dalam menafsirkan amanat UUD.

Jika timbul persengketaan pendapat semacam itu, maka diperlukan organ yang mengatur untuk memutuskan final atas hal tersebut. Yakni melalui proses peradilan tata negara yanv bernama Mahkamah Konstitusi.

Secara definitif, maksud dari sengketa kewenangan antarlembaga negara ialah perbedaan pendapat yang disertai persengketaan dan klaim antar lembaga negara mengenai kewenangan konstitusionalnya yang dimiliki oleh masing-masing lembaga negara tersebut.

Selain memutuskan perkara dalam sengketa kewenangan antar lembaga, MK juga berfungsi sebagai tempat mengadu bagi siapa saja selama ia warga negara indonesia terhadap undang-undang yang tidak relevan dan bermasalah dalam pelaksanaannya oleh lembaga yang terkait. Hal tersebut dinamakan pengujian materi undang-undang.

Cara penyelesaiannya dengan memberikan solusi hukum selama dipersidangan, sebab MK seyogyanya sebagai lembaga yang merdeka dari siapa saja -tidak boleh ada pihak yang mengintervensi- untuk menegakkan hukum dan keadilan di tingkat lembaga.

Melihat posisi maka Mahkamah Konstitusi ini posisinya unik. MPR yang menetapkan UUD sedangkan MK yang mengawalnya. DPR yang membentuk UU, tetapi MK yang membatalkannya jika terbukti bertentangan dengan UUD. MA mengadili semua perkara pelanggaran hukum di bawah UUD, sedangkan MK mengadili perkara pelanggaran UUD. Jika DPR ingin mengajukam tuntutan pemberhentian terhadap presiden dan atau wakil presiden dalam masa jabatannya, maka sebelum diajukan ke MPR untuk diambil keputusan, tuntutan tersebut diajukan dulu ke MK untuk pembuktiannya secara hukum.

Bahaya : Tertular Oleh Rasa Pesimis Mahasiswa Lain



Kurang percaya diri adalah suatu hal yang harus di hilangkan bagi seorang mahasiswa, salah satu penujang untuk berkarir di dunia kerja maka rasa kepercayaan yang tinggi perlu di galakkan sejak berada di lingkungan kampus. Rasa percaya diri bukan hanya seperti berani berdiri di depan lalu berbicara dihadapan puluhan bahkan ratusan orang, tetapi juga rasa percaya diri terhadap apa yang ingin kita lakukan, lebih tepatnya rasa optimisme.

Optimsme mahasiswa didapatkan ketika proses yang ia lalui sebelumnya, belajar dari pengalaman diri sendiri dan kesalahan orang lain. Terlepas itu ada juga dari pembawaan kharakter yang bisa di dapat melalui lingkungan rumah atau pengaruh gen orangtuanya. 

Optimisme akan terlahir ketika semangat mengebu-ngebu untuk menginginkan sesuatu, lalu ketika di arahkan kepada orang sekelilingnya rasa optimis itu sendiri akan semakin meningkat seiring dukungan orang sekitar.

Nah, jiwa-jiwa optimisme seperti harus banyak di lahirkan dan tularkan kepada mahasiswa lain. Sebagai mahasiswa kritis, tentunya mereka tidak hanya memikirkan persoalan kampus, birokrasi daerah, serta politik nasional semata. Tetapi juga teman yang dianggap 1 angkatan ataupun 1 almamater perlu di ulas juga karena rasa kepedulian tadi lahir terhadap besar kecilnya dogma kritis yang dianut.

Sangat disayangkan ketika agenda-agenda baik telah direncakan dengan optimisme yang tinggi, sementara kelompok lain melakukan manuver dengan berdalih mencari kekurangan agenda yang di susun. Alih-alih ingin menampakkan kelemahan kepada orang, timbul rasa pesimis akan mengalir ke semua orang termasuk yang sang penggagas pesimisme. Semua tertular rasa pesimisme akibat dalil-dalil yang dipakai masuk akal. Namun tidak melihat kebaikannya dulu sebelum "mengkartu matikan" agenda tersebut.

Memang tujuannya bukan untuk "mengkartu matikan" agenda tersebut, hanya untuk sebagai koreksi akan kelemahan-kelemahan bila regulasinya seperti itu. Tetapi sebagai mahasiswa kita harus bisa membaca situasi, layak tidak kata-kata yang berdampak buruk akan merubah segalanya atau baiknya selain mengungkapkan rasa pesimis juga diganti dengan agenda baru dengan catatan memotivasi dan memberikan harapan serta optimisme tinggi.

"Jika masih banyak rasa kemungkinan-kemungkinan menyelimuti diri anda maka yang terlahir ialah rasa pesimis dan bisa-bisa harapan tersebut akan terkubur"