Bila engkau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka Menulislah. [Imam Al Ghazali]
Home » » Propaganda Negara Imperialis Modern (Kapitalis) Mengakibatkan 'Proxy War'

Propaganda Negara Imperialis Modern (Kapitalis) Mengakibatkan 'Proxy War'


Dalam beberapa kesempatan Kapolri Jenderal Tito Karnavian pernah mengatakan, jaringan teroris indonesia yang bernama Jamaah Ansharut Daulah (JAD) berbaiat kepada teroris ISIS.

Menariknya, ketua PBNU Said Aqil siradj yang bersuara pada video dikalangan keluarga nadliyin, mengungkapkan di dalam sebuah buku Devil's Game Orchestra Iblis yang ditulis agen CIA. Bahwa jika ditelusuri lebih jauh paham radikal berasal dari Amerika Serikat (AS). Video tersebut hingga kini masih saya simpan yang saya dapati di group whatsapp Keluarga Besar NU KEPRI.

Sebelumnya juga, Hillary Clinton Capres AS di waktu itu pernah mengatakan. Pada rezim presiden Ronald Reagen, AS berniat membentuk Al-Qaeda untuk berperang melawan Rusia yang menginvasi Afganistan, mereka tidak ingin penguasaannya luas sampai ke Asia Tengah. Dengan memanfaatkan situasi, yakni ideologi wahabi akhirnya Rusia pun kalah.

Sungguh ini pengakuan yang tak dapat dibantahkan, sebab perang dingin antara AS dan Rusia hingga kini tidak pernah surut. Hegemoni kedua negara adidaya ini sulit dipisahkan mengingat kepentingan yang begitu besar yakni salah satunya perebutan sumber daya alam.

Lalu pernyataan-pernyataan di atas juga dibenarkan oleh Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin. Saat itu saya mendengar langsung beliau mengatakan di acara Indonesia Lawyers Club di TV One. Din mengatakan, bahwa kelompok teror Internasional Al-Qaeda dan ISIS merupakan ciptaan AS.

Kalaulah ini benar adanya, menjadi pertanyaan kenapa AS harus berperang melawan Rusia menggunakan senjata ciptaannya (Al-Qaeda) ? Ya paling logis sekali lagi adalah perebutan sumber daya alam. Contoh di Libya, negara ini hancur karena Muammar Khadafi mengambil alih perusahaan minyak AS, lalu Suriah ambruk karena ditemukan sumber gas dan minyak di Basin.

Kemudian Yaman rusuh karena sumber minyak di perbatasan Yaman - Arab Saudi lebih banyak di Yaman. Dan saudara kita Rohingnya digusur karena ditemukan kandungan emas ditempat tersebut.

Akankah negeri yang kaya raya ini akan diporak-porandakan oleh kepentingan asing dengan sekutunya melalui modus kolusi setelah Indonesia menguasai saham Freeport 51 ℅ ?

Tema kita masih sama, yakni memerangi Proxy War. Melawan musuh yang tidak terlibat di dalamnya. Konspirasi masih ada sana sini, negara ini tidak akan nyaman dihuni dan damai dari konflik jika masih ada oknum elite politik yang berkolusi dengan musuh untuk menjarah harta Indonesia.

Selagi bangsa ini belum membereskan para kroni-kroni orde baru (orba) maka kita tidak pernah mengalami kemerdekaan yang haqiqi. Kita masih terjebak dalam masa transisi dari remaja menuju dewasa pasca 20 tahun reformasi. Segala yang dimiliki orba masih melekat di dalam konstitusi kita.

Jika ditelusuri lebih jauh masih banyak UU yang dilabeli pihak asing untuk kepentingan mereka dan kroni-kroninya. Kaki tangan orba seakan tidak pernah hilang, selagi tokoh intelektual kita tidak peka terhadap ancaman yang lebih serius yang dapat merusak kewibawaan bangsa yang kaya raya ini. Tak lebih dari bonekanya eksekutif, 32 tahun berkuasanya Soeharto membuktikan tidak tersentuh oleh legislatif yang lemah atau lembaga lainnya -kecuali aliansi mahasiswa.

Kini, mereka perlu bekerja keras. Selain memikul beban masa lalu yakni membereskan antek-antek orba dan segala tipu daya KKN, pelemahan lembaga, melawan hukum, dll dari dalam dan luar. Mereka memiliki sejumlah PR, agenda besar, untuk mengatur tataran birokrasi dan demokrasi indonesia yang semakin berkeadaban.

Hingga sayapun berfikir dengan antropologi masyarakat indonesia yang dimiliki sekarang, akankah indonesia hilang secara perlahan jika saja tokoh intelektual, cendikiawan, ulama, dan pemudanya masih tidak peduli dalam menjaga pertahanan negara. Karena sebaik-baiknya pertahanan negara adalah melindungi aset bangsa, melalui beragam cara sesuai dengan profesi dan keahlian yang telah dimiliki.

Semoga, melalui tulisan ini. Merupakan sebuah upaya dari saya pribadi untuk peduli terhadap negara. Serta melindungi aset bangsa dengan mengingkatkan kembali kepada kita semua bahwa kemerdekaan harus di raih 100 ℅ sebagaimana yang diinginkan oleh bapak Republik Indonesia, Tan Malaka.

Lebik baik optimis ketimbang pesimis. Memang ! Optimis perlu diikuti dengan realistis, tidak mudah bergerak dengan hasil yang sia-sia belaka. Namun, meskipun sulit dicerna dengan akal dan fikiran manusia. Semua itu tidak berguna bila Tuhan telah mencampuri melalui racikan tangan-Nya.

0 komentar: