Bila engkau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka Menulislah. [Imam Al Ghazali]
Home » » Sekedar Analisa 'Warung Kopi'

Sekedar Analisa 'Warung Kopi'


Semangat ganti presiden sudah seperti domino yang berjatuhan, virusnya kemana-mana bahkan hingga ke daerah. Kabupaten Karimun khususnya walau belum merasakan dampak yang begitu berarti tapi melejitnya perkembangan hastag #2019 ganti presiden seolah menjadi santapan sehari-hari bagi warga Karimun.

Khususnya berita, beberapa channel TV heboh dengan hastag tersebut hingga kaos 2019 ganti presiden. Untung saja kaos itu belum menyebar ke Kota Bumi Berazam ini. Baiklah, kini kita lupakan hastag dan kaos itu, mari kita intip dari sisi politisnya terhadap apa yang telah digaungkan oleh pusat.

Kita mula dari daerah. Entah apa yang melatarbelakangi perayaan hari Isra Mi'raj yang dihadiri oleh Dr. KH. Tengku Zulkarnaen, MA di Masjid Baiturrahman, Teluk Air, Kec. Karimun. Sebagai penceramah di dua lokasi masjid yang berbeda, semoga saja -sembari berharap lebih- bukan efek dari hastag dan kaos yang memboming di seluruh masyarakat indonesia tersebut.

Namun satu hal yang pasti ini seperti pertanda alur politik dalam kancah pemilu 2019 nanti. Baru sekedar asumsi penulis, sebab ditinjau dari fakta secara generalisasi dalam melihat situasi peta politik indonesia serta substansial isi materi ceramah yang disampaikan oleh Wakil Sekretaeis Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut.

Shubuh Senin itu penulis menghadiri ceramah beliau tapi Minggu Isya tidak sempat. Tak ubahnya di layar kaca Indonesia Lawyers Club (ILC) dalam channel TV One, nada berapi-api merupakan ciri khas beliau yang sering muncul di layar TV ini. Namun tak sedikit pula para jamaah tertawa geli dibuatnya bahkan sampai menggangguk seakan mengatakan sepakat apa yang telah dikatakan ulama asal Riau ini.

Menurutnya jika di dalam keluarga masih ada anggota keluarga yang meninggalkan sholat, misalkan 1 orang saja dari total 4 jumlah keluarga. Maka yang 3 mendirikan pondasi agama dan 1 ini akan menghancurkan pondasi agama. "Sholat sebagai tiang agama maka orang islam wajib mendirikannya. Kalau pondasinya hancur maka hancur la suatu bangsa." Ujarnya.

Tambahnya lagi, pemimpin indonesia ke depan harus sholeh sehingga bisa menyelesaikan persoalan bangsa yang berkaitan erat dengan agama. "Pemimpin indonesia ke depan harus sholeh." Tegasnya kepada jamaah.

Menurutnya lagi, banyak UU yang harus diselesaikan tapi molor. Katanya "Contohnya dalam UUD Pasal 33 Ayat 2, dikatakan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jadi yang menginisiasi waktu itu adalah Muhammadiyah dan ormas lainnya, mereka menggugat ke MK. Menang, tapi sampai sekarang tidak ada hasilnya. Kemudian UU Pornografi jugak belum terbit."

Namun ceramah yang banyak mengandung ilmu itu tidak sebanding dengan banyaknya jumlah jamaah yang hadir. Sayang sekali, bahkan persoalan pemimpin adalah penting dan genting. Terlebih indonesia yang saya yakini sedang mengalami krisis pemimpin, merosotnya politik santun, degradasi moral dan perlunya urgensi politik yang bermartabat lagi santun.

Barangkali penilaian saya bahwa Wasekjen MUI ini adalah ustad yang penuh dengan siasat politik ulung guna menuju politik indonesia berkeadaban. Sebelumnya, perlu digaris bawahi dalam arti 'politik' yang luas, yakni mempengaruhi orang demi tujuan kemahsalatan umat. Meski yang saya yakini ini belum tentu fakta, sekali lagi asumsi ini hanya penilaian saya secara bukan kasat mata, notabanenya adalah pengamat biasa yang lebih tepat disematkan sebagai ahli analisis 'warung kopi'.

0 komentar: