Bila engkau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka Menulislah. [Imam Al Ghazali]
Home » » Iman Menentukan Jodoh ; Menukil Kisah Cinta Ali dan Fatimah

Iman Menentukan Jodoh ; Menukil Kisah Cinta Ali dan Fatimah

Tuhan bukan saja tujuan segala kebenaran, akan tetapi sekaligus juga asal dari segala kebenaran. Sehingga ke benaran mutlak milik Tuhan dan lahirlah penyebutan Allah Maha Benar. Dimana setiap pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran tentang Tuhan Yang Maha Esa.


Kini, segala kebenarannya masih terdapat keraguan pada kita yang belum mampu memahami risalah-Nya. Salah satunya mengenai pasangan kita masa mendatang yang sering kali disebut "jodoh".

Siapa yang tidak khawatir dengan jodohnya, penulis tentu juga demikian. Bahkan bisa jadi lebih hebat dari pembaca. Sampai semua sepakat, bahwa jodoh adalah pilihan atau takdir adalah pertanyaan yang paling banyak dibahas hingga ke ulu hati.

Sebagai muslim, saya pastikan kita tidak akan sulit jika kita ingin memahami jodoh. Bukan merasa paling mengerti tapi hanya kembali mengingatkan selagi tangan ini masih mampu menari-nari di setiap lembaran hidup ini.

Jika mau, kita akan temukan narasi yang pantas untuk dijadikan acuan hidup. Allah telah membocorkan persoalan tentang jodoh ini kepada kita melalui ayat Al-Qur’an Surat An Nur ayat 26.

Artinya :
Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang, baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Jika melihat dari potongan ayat Al-Qur’an diatas dapat dikatakan bahwa laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik. Sedangkan laki-laki yang tidak baik juga untuk wanita yang tidak baik. Sungguh merupakan sebuah rahasia yang sebenarnya sudah lama terungkap jika kita mau mengkaji agama kita lebih dalam.

Hemat saya, jodoh merupakan hal telah tertulis di Lauh Mahfudz, namun kita bisa memilih dengan siapakah kita akan nanti berjodoh. Tentunya pengaruh akhlaq dan sikap kita di dunia akan menentukannya.

Mengenai jodoh mari kita liat sejarah perjodohan yang paling indah dalam dunia islam. Yakni cinta Ali dan Fatimah yang luar biasa, terjaga kerahasiaannya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. Masya Allah.

Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah SAW itu. Ia pernah terpojok dua kali saat Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya.

Namun kesabarannya berbuah manis, lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi kesholehan-nya tersebut ternyata ditolak Rasulullah SAW. Akhirnya Ali memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.

Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu.

Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya.” Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu.” Masya Allah

Demikian sejarah perjodohan islam yang patut kita ditiru dan contohi dalam dunia modern ini meski amat sulit untuk melakukannya. Paling tidak dalam soal "iman" berarti percaya kepada-Nya dan "Islam" sebagai sikap menyerahkan diri apa yang ia berikan dengan tak lupa senantiasa mengabdi kepada Allah SWT.

Pernah Rasul berkata saat ditanya sahabat mengenai makhluk Allah yang paling menakjubkan. Bukan Nabi bukan juga sahabat, jawabnya. Karena Nabi tentulah beriman sebab mereka menerima wahyu-Nya dan sahabat menyaksikan mukjizat dan hidup bersama Rasulullah.

Maka jawab Rasulullah yang menggetarkan hati umat islam adalah “Kaum yang hidup sesudah kalian." Maksudnya adalah umat yang lahir setelah para sahabat rasul sudah tidak hidup lagi atau manusia yang hidup pada masa yang akan datang.

“Mereka membenarkan aku, padahal mereka tidak pernah menyaksikan aku. Mereka menemukan tulisan dan beriman. Mereka mengamalkan apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membelaku, seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku bertemu dengan mereka!”

0 komentar: